Oh, Mitra Bisnisku 01

Bookmark and Share

Saya baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan melilitkan sehelai handuk seperti biasanya. Karena kamar mandi berada di dalam kamar utama, saya tidak terlalu menghiraukan penampilan saya dari kamar mandi, bahkan biasanya keluar dari kamar mandi tanpa memakai apa-apa. Dan saya langsung menuju meja rias untuk berias karena pagi ini saya harus menghadiri rapat perusahaan untuk mengadakan kontrak kerja dengan mitra bisnis saya.

Saya sebagai salah satu direktur dari perusahaan suami, saya harus hadir dan seharusnya suami pun yang menjabat sebagai Direktur Utama harus hadir, tapi karena suami baru pulang dari dinas di luar negeri selama sebulan untuk mengadakan negosiasi dengan mitra bisinisnya yang di luar negeri dan masih terlalu capai katanya dan memang kontrak akan ditandatangani oleh saya saja.

Ternyata dia sudah bangun sementara saya sedang mandi tadi, dan sekarang masih di tempat tidur sambil memainkan remote control TV untuk melihat berita hari ini. Seperti biasanya, di depan meja rias saya mulai berias. Saya melepas handuk yang melilit di badan saya dan mulai memberi body lotion ke seluruh badan. Mulai dari kaki dan terus ke paha dan sampai selangkangan, terus ke atas.

Di bagian dada sedikit agak lama memberikan lotion-nya terutama di bagian payudara saya yang berukuran 36B ini. Sedikit saya tekan dengan kedua tangan saya. Saya sedikit merasa suatu kenikmatan dan memang terlihat dengan mulai mengerasnya puting saya. Mungkin memang sedang masa subur dan lagi sudah lama saya tidak berhubungan dengan suami karena di tinggal dinas. Dari kaca saya mengintip, sepertinya suami sedang memperhatikan saya berias. Suami memberi oleh-oleh untuk saya tadi malam begitu sampai. BH buatan salah satu product dari Inggris yang lucu dan seksi. BH yang hanya menyanggah payudara dari bawah ini hampir tidak memiliki cup atau lebih dikenal dengan sebutan quarter bra, sudah jelas puting saya tidak tertutup oleh BH-nya tapi tetap menjaga bentuk payudara. Saya mulai memakai stocking terlebih dahulu, yang hanya menutupi kaki saya sampai ke pangkal paha, dan terus dilanjutkan dengan melilitkan garter ke pinggang saya dan tidak lupa menjepit stocking saya ke tali garter. Karena suami sudah bangun saya memanggilnya, "Mas tolong dong ke sini ikatkan tali BH ini." Suami yang tidur dengan mengenakan T-shirt dan celana dalamnya saja bangun dari tempat tidur dan menuju ke meja rias untuk membantu saya."Mas bagus ini BH-nya, nikmat dipakai sepertinya, seksi lagi." Sambil tersenyum dia membantu memasangkannya dari belakang. Sambil tetap menghadap kaca saya menanyakannya, "Pinter juga milihnya Mas, gimana pas tidak kelihatannya."

Dari belakang saya, suami mengulurkan tangannya dan memegang bagian depan BH yang dia berikan itu. Sambil memeriksa bagian depan BH, dengan nakalnya tangannya menyentuh dan menekan payudara saya yang tidak tertutup oleh BH ini. Saya sedikit mendesah, "Ah, Mas nakal nih tangannya", sambil tetap meremas kedua payudara saya dia menjawab, "Kenapa memangnya tangan saya?" dia mulai menjepit ke dua puting saya dengan jari telunjuk dan jari manisnya, sambil sedikit menariknya dengan perlahan.
"Enak ya rasanya, sudah lama kan tidak saya pijit."
"Ah Mas menggoda saja orang mau kerja". Kedua putingnya dengan cepat mengeras, terasa sakit bercampur nikmat.
"Ah... ah... nikmat sekali rasanya", saya segera ingin berbalik menghadap dia rasanya, tapi dia menahannya, tangan kanan saya mulai melilitkan ke tengkuknya dari depan dan mengelus rambutnya yang berombak. Sementara itu tangannya tetap meremas payudara saya. Oh begitu nikmatnya, saya betul-betul terangsang. Sementara itu tangan kanannya mulai bergerak menuju bawah dengan perlahan dan sampai ke bawah puser. Saya belum mengenakan celana dalam. Dia mulai mengelus rambut bawah saya yang tidak banyak ini."Aduh kamu sudah banjir sepertinya...." memang saya merasa bagian bawah saya sudah mulai lembab, dan dia terus mengelus dengan lembutnya.Mendadak saya merintih agak keras "Ah... ah...!" ketika dia memainkan bibir bawah saya, tidak kuat lagi saya berdiri tegak, dengan sedikit membungkuk, kedua tangan saya memegang pinggir meja rias untuk bertahan. Tangan kanannya bergerak lebih jauh lagi.

Saya merasakan cairan kental dan licin keluar membasahi bibir bawah. Seperti terpeleset, jari tengah tangan kanannya memasuki tubuh saya dan menggerak gerakannya di dalam vagina saya, "Ah... ah... aduh Mas... ah... saya tidak tahan... nikmat sekali...", Saya sudah tidak sabar lagi, tangan kiri saya menuju belakang dan memegang pinggulnya dan menariknya supaya lebih mendekat dengan saya, dan segera menyelinap ke dalam celana dalamnya, saya mulai memegang penisnya yang sudah membesar dan keras itu, dan dengan berirama saya gerakkan. "Ah... ah..." dia mulai merintih kecil.

Sementara itu dia menambah jari telunjuknya untuk dimasukkan ke milik saya,
"Gimana.... nikmat... rasanya", katanya.
"Ah... Mas nikmat sekali... terus gerakkan Mas... jangan berhenti... satu lagi Mas... ah...!" saya minta jari manisnya juga. Saya mulai menarik celana dalamnya ke bawah, dan dengan bantuan tangan kirinya celananya pun jatuh ke bawah. Saya membungkuk lebih dalam lagi dan dia mulai merapatkan pinggulnya ke pantat saya, dan saya merasakan penisnya yang hangat itu menempel di bibir bawah saya. Jari tangan kanannya yang sudah basah dia keluarkan dari dalam saya dan kembali meremas-remas payudara kanan saya sambil memainkan puting saya. Semetara itu tangan kirinya memegang pinggul saya untuk lebih mantap. Pinggulnya mulai dia gerakkan berirama. Saya hanya bisa lihat dia dari kaca saja. Sesekali ujung penisnya menyentuh mulut vagina saya, seakan mau memasukinya, dia sengaja tidak memasukkannya dulu. Membuat saya gregetan untuk bertahan, saya sudah terangsang sekali.
"Ayo Mas... saya sudah tidak tahan lagi... ah.. ah..!" saya memintanya.
"Mau apa kamu... bilang dong", dengan nada menggoda.
Saya pegang ujung penisnya yang sedang menempel di mulut vagina, "Ini, mau ini cepat... ah.. ah.. jangan buat penasaran, ah..!" dan lebih membungkuk lagi saya, posisi saya sudah siap untuk dimasukinya.

Pelahan-lahan dia mulai memasukinya, dan saya merasakannya, sebuah benda yang hangat mulai masuk ke dalam saya, "Ah... ah... ayo terus Mas... saya mau semuanya.. ah." Dia hanya memasukkan setengah saja, membuat saya tambah penasaran, pinggulnya mulai bergerak ke depan dan ke belakang dengan berirama. "Ah... terus.. terus Mas... saya mau semuanya... ah.. sampai mentok Mas.. ah."
"Aah emm nikmat tidak, mau semuanya ya.." dia bertanya, belum sampai saya jawab dia mulai mendorong penisnya jauh lebih ke dalam lagi, dan saya pun merintih dan merasakan sesuatu yang nikmat sekali. Pinggulnya terus bergerak berirama, dan mulai menambah cepat iramanya, tentu saja membuat saya tenggelam kenikmatan.

Tiba-tiba dia melepaskan penisnya dari dalam saya, dan menegakkan saya sambil memutarkan tubuh saya sehingga berhadapan dengan dia. Pinggang saya dia pegang dengan kedua tangannya dan mengangkat badan saya dan dia dudukan di meja rias, kemudian dia membentangkan kedua kaki saya. Dia kemudian mulai merapat dan memasukkan kembali penisnya ke dalam saya, "Ah... ah..." saya pun merintih lebih keras karena nikmatnya. Dan dia mulai menggerakkan pinggulnya lagi. Kedua tangannya meremas-remas payudara saya dan juga memainkan puting saya dengan menjepit dengan jari telunjuk dan tengahnya.Dia mulai mencium saya, dan saya langsung menyambutnya dengan membuka mulut saya sedikit, dan lidah dia mulai memasuki mulut saya dan saya sambut dengan lidah saya. Kedua lidah saling bercengkrama dan membuat lebih nikmat. Irama gerakan pinggulnya semangkin cepat, dan saya tahu dia mulai mendekati klimas.
"Tunggu Mas, saya mau sama-sama Mas, ah..!" saya ingin mencapai klimaks bersama-sama, dan saya lebih konsentrasi lagi sambil menjepit penisnya.
"Ah... Mas ayo Mas.. saya sudah mau keluar Mas... ah.. sama-sama... Mas!" Dan seperti pistol meledak, dari penisnya keluar cairan panas yang terasa begitu panas dan kencang dalam tubuh saya, dan saya pun beberapa detik kemudian mencapai klimaks.

Irama gerakan pinggulnya mulai menurun perlahan-lahan, dan saya memeluk kepalanya dan saya ciumi kuping kirinya sambil berbisik "Ah... nikmat sekali Mas, sudah lama kita tidak begini", dan pinggulnya sudah berhenti bergerak, tapi penisnya masih tetap di dalam saya, dan dia mengecup bibir saya dengan mesranya. "Aah..." dia merintih sedikit karena penisnya yang masih di dalam saya jepit. Dia mulai mengeluarkan penisnya dari dalam saya, dan saya masih dalam posisi duduk di meja rias, saya merasakan cairan kental putih keluar dari dalam saya membasahi meja rias.
"Mitra kita akan tertarik dengan kecantikan kamu nanti", katanya dengan penuh arti.

Di luar mobil sudah menunggu saya, saya keluar dari rumah dan pamit.Saya memakai onepice merah panjang, potongan di dada sedikit rendah sehingga kelihatan sedikit belahan dada saya dan sedikit menonjol kedua puting saya dari balik gaun merah ini, BH saya hanya menyangga buah dada saya dan puting saya tidak tertutup oleh BH sehingga sepintas seperti tidak memakainya. Supir saya membukakan pintu belakang dan saya masuk, sebelum pintu ditutup saya menarik bagian rok saya yang masih sedikit menempel di bagian pintu karena kancing bagian rok saya yang ada di depan sengaja saya buka sampai pertengahan paha, supaya lebih mudah bergerak dan sedikit terlihat seksi dengan belahan di depan. Supir sepertinya sedikit melirik ke paha saya ketika itu, tapi seperti sudah biasa dia terus menutup pintu."Jon tolong mampir ke Hotel Hyatt dulu untuk jemput tamu, dan baru kita ke kantor."


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar